Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Anak Perusahaan Royal Golden Eagle Maksimalkan Sains Untuk Meningkatkan Hasil Perkebunan Akasia

Royal Golden Eagle (RGE) mempunyai APRIL Group yang berkecimpung dalam industri pulp dan kertas. Untuk memperoleh bahan baku, APRIL mengelola perkebunan yang ditanami. Hasil kebun tersebut mampu mencukupi kebutuhan fiber karena dioptimalkan lewat pendekatan sains.

Berdiri pada 1967 dengan nama awal Raja Garuda Mas, RGE merupakan grup korporasi kelas internasional yang berkecimpung di bisnis sumber daya. Selain pulp dan kertas, mereka juga memiliki anak-anak perusahaan lain yang beroperasi di sektor kelapa sawit, selulosa spesial, viscose fibre, serta minyak dan gas.

Saat ini, aset Royal Golden Eagle mencapai 18 miliar dolar Amerika Serikat. Mereka pun sanggup membuka lapangan kerja untuk sekitar 60 ribu orang. Karyawannya tersebar tidak hanya di Indonesia, namun juga di Tiongkok, Brasil, Kanada, serta Eropa.

APRIL yang menjadi bagian dari RGE berdiri pada 1993. Mereka memiliki basis di Pangkalan Kerinci, Riau. Dari sana APRIL sanggup menghasilkan kapasitas produksi pulp dan kertas yang tinggi.

Setiap tahun, mereka sanggup memproduksi pulp sebanyak 2,8 juta ton dan kertas hingga 1,15 juta ton. Ini menjadikan APRIL sebagai salah satu produsen pulp dan kertas terbesar di dunia.
Pencapaian itu sedikit banyak dipengaruhi oleh kemampuan APRIL dalam mendapatkan bahan baku. Mereka sanggup memenuhi kebutuhan fibernya dengan baik.

Padahal, seiring penerapan Sustainable Forest Management Policy (SFMP) di perusahaannya, APRIL tidak pernah mendapatkan bahan baku dari hutan alam. Mereka juga bisa memastikan kayu yang didapatnya berasal dari sumber legal dan tidak kontroversial.

APRIL akhirnya mengelola perkebunan sendiri seluas 476 ribu hektare. Di sana mereka menanaminya dengan pohon akasia yang menjadi sumber bahan baku pulp dan kertas.

Pengelolaan dijalankan oleh unit operasionalnya, PT Riau Andalan Pulp & Paper (RAPP). Akhirnya RAPP bekerja sama dengan 40 mitra pemasok jangka panjang dalam mengelola perkebunan.

Di sinilah terlihat kelebihan APRIL. Ketika tuntutan produksi semakin tinggi, mereka tetap saja mampu memenuhi suplai bahan baku untuk mendukungnya. Padahal, mereka tidak pernah menambah luas perkebunannya dengan membuka yang baru.

Tentu ada rahasia di baliknya. Ternyata hal tersebut bisa digapai berkat pemanfaatan sains. APRIL konsisten menggunakan ilmu pengetahuan untuk meningkatkan hasil produksi perkebunannya.

Dalam hal ini, APRIL memaksimalkan tim Research & Development (R&D) yang ada di perusahaannya. Mereka diberi tugas untuk menjalankan berbagai riset untuk menemukan formula terbaik dalam mendukung hasil perkebunan yang optimal.

Namun, APRIL tidak sekadar memberi tugas. Anak perusahaan Royal Golden Eagle ini juga memberi dukungan maksimal terhadap tim R&D. Hal tersebut ditunjukkan dengan beragam cara.

Pertama, APRIL memperkuat tim R&D dengan anggota yang kompeten. Mereka merekrut sejumlah tim ahli dengan kemampuan mumpuni. Saat ini, di sana ada 160 tenaga ahli profesional. Dari jumlah itu, 15 di antaranya lulusan tingkat doktoral (PhD).

Untuk memaksimalkan kemampuan tenaga berpengalaman tersebut, APRIL mendukungnya dengan pemberian fasilitas riset yang memadai. Unit bisnis RGE ini mengoperasikan sebuah pusat penelitian khusus yang modern dan canggih di di Pangkalan Kerinci.
Dari sana, R&D bertanggung jawab untuk melakukan penelitian kehutanan dan manajemen pembibitan di seluruh 4 unit bisnis serat, yakni Riau Fibre, Indra Fibre, Kampar Fibre dan Dumai Fibre. Program penelitian serat ini berfokus terhadap peningkatan produktivitas serat untuk mencapai produksi yang lebih baik dan berkesinambungan.

LABORATORIUM KHUSUS


Selain itu, APRIL juga membuat berbagai fasilitas laboratorium yang memadai. Di pusat R&D terdapat tiga laboratorium yang berbeda. Semuanya memiliki peran masing-masing untuk meningkatkan meningkatkan proses produksi.

Pertama ada Lab Tanah yang menganalisis campuran hara tanah dan menghasilkan berbagai indikator seperti berapa banyak pupuk yang dibutuhkan. Selain itu, ada Lab Kultur Jaringan. Fasilitas ini dikhususkan dalam kloning material genetik berperforma tinggi untuk mengembangkan produk unggulan. Dengan kata lain, cara kerja yang melibatkan duplikasi sifat pohon individu yang unggul untuk peningkatan kualitas secara konsisten.

Ada pula Lab NIRA (Analisis Pantulan Sinar Infra Merah/Near Infrared Reflective Analysis). Di sini tim R&D menggunakan teknologi yang berasal dari industri nutrien untuk menganalisis dan memprediksi tingkat pertumbuhan pohon, kerapatan dasar serta hasil pulp.

Pendekatan ini memungkinkan untuk menganalisis dan menyaring data dari pohon hidup. Hal ini merupakan terobosan. Dulu, untuk mendapatkan data yang serupa, pohon-pohon tersebut harus ditebang terlebih dulu.

APRIL berharap R&D mampu memaksimalkan sains untuk mendukung proses produksi. Secara khusus, R&D ditugasi untuk mengembangkan perbaikan genetika akasia dengan tiga tujuan khusus. Unit bisnis Royal Golden Eagle ini ingin menghasilkan bubur kertas dengan kualitas yang lebih baik. Selain itu, mereka juga berharap bisa menghemat energi dan lebih mudah mengelola perkebunan. Sebab, tanaman akan lebih tahan hama dan penyakit.

Untuk lebih mengembangkan kemampuan timnya, APRIL juga mendorong tim R&D agar mau mengembangkan jaringan dengan pihak luar. Secara khusus, mereka melakukan kerjasama penelitian dengan institusi internasional dan perguruan tinggi nasional ternama seperti University of North Carolina (AS) dan Institut Pertanian Bogor (Indonesia).

Hasil dari kerja sama seperti ini sangat positif. Terjadi pertukaran informasi hasil penelitian. Selain itu, tim R&D APRIL juga mampu mengembangkan kemampuannya.

Buah nyata dari berbagai dukungan yang diberikan terhadap tim R&D terasa di perkebunan. Mereka mampu mendapatkan hasil panen yang optimal. Bahkan produktivitas perkebunan berada dalam tren meningkat.

Melalui upaya R&D dan silvikultur, APRIL sudah berhasil mengoptimalkan area perkebunan yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan pasokan serat dari pabrik. Bukti konkret adalah peningkatan kenaikan hasil panen rata-rata tahunan dari tanaman mangnium Acacia,

Sebelumnya pada 1996, perkebunan APRIL berhasil menghasilkan kayu sebanyak 22m3 per hektare setiap tahun. Namun, pada 2010, hasilnya telah meningkat menjadi 32m3 per hektare per tahun.

Meski begitu, APRIL belum puas. Anak perusahaan grup yang lahir dengan nama Raja Garuda Mas tersebut menargetkan peningkatan hingga 35m3 per hektare. Hal itu diharapkan sudah bisa dicapai pada tahun 2020.

Pencapaian itu memperlihatkan betapa besar manfaat sains dalam peningkatan hasil perkebunan. APRIL mampu memenuhi kebutuhan fiber dengan baik supaya produksi berjalan lancar.

Lihat saja, saat ini, sekitar 79 persen kebutuhan fiber telah dipenuhi dari perkebunan sendiri. Sisa keperluan didapat dari para mitra pemasok jangka pendek yang ada di kawasan lain Pulau Sumatera, Kalimantan, serta Malaysia.

Selain itu, ada manfaat lain dari pemanfaatan sains di APRIL. Pada tahun 2004, mereka berhasil mencapai swasembada dan bertransformasi dari importir kepada eksportir benih Akasia mangnium.

Hal tersebut menunjukkan investasi APRIL untuk tim R&D tidak sia-sia. Anak perusahaan Royal Golden Eagle tersebut berhasil menikmati hasil perkebunan yang maksimal. Tanpa pemanfaatan sains, mustahil pencapaian tersebut bisa diraih.

Posting Komentar untuk "Anak Perusahaan Royal Golden Eagle Maksimalkan Sains Untuk Meningkatkan Hasil Perkebunan Akasia"